Bank Indonesia (BI) sukses berat dalam menjalankan operasi moneter Term Deposit Valas Devisa Hasil Ekspor (DHE). Dalam lelang Devisa Hasil Ekspor/DHE terbaru pada 13 April, BI menyerap US$ 64,3 juta, tertinggi dalam enam lelang.
Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya DHE dengan tenor terpanjang menarik konversi dari eksportir Tier-1, atau mereka yang mendapatkan tarif sangat khusus untuk penempatan lebih dari US$ 10 juta.
Dengan demikian, secara total, fasilitas DHE BI telah menyerap US$ 434,8 juta dalam dua bulan.
“Ini juga merupakan lelang pertama dimana semua tenor fasilitas DHE (tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan) menarik penawaran dari eksportir,” papar Satria dan tim dalam catatannya, dikutip Senin (17/4/2023).
Di sisi lain, Satria juga melihat konversi nilai tukar di antara eksportir domestik baik di BI/DHE dan bank lokal mungkin membantu menjelaskan kuatnya rupiah, yang telah menguat 6% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Dari catatan Bahana, performa rupiah terbaik kedua di Asia dan hanya terapresiasi sebesar 1,1% ytd.
Namun, dia menegaskan terlalu dini untuk menyatakan kemenangan bagi rupiah sekarang karena ujian mata uang yang sebenarnya akan datang pada bulan Mei.
“Ketika permintaan FX meningkat tajam dari impor, pengurangan utang dolar, dan repatriasi dividen,” ungkapnya.
Rupiah membukukan kinerja impresif dengan menguat lima pekan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS), menjelang libur panjang Hari Raya Idul Fitri.
Dari data Tim Riset CNBC Indonesia, sepanjang pekan lalu rupiah tercatat menguat 1,44% ke Rp 14.695/US$, berada di posisi terkuat sejak Agustus 2022.
Dalam lima pekan, total penguatan rupiah tercatat sebesar 4,9%. Perdagangan di pekan ini hanya akan berlangsung dua hari saja, melihat penguatan tajam rupiah dan sudah memasuki suasana libur Lebaran, tentunya ada risiko rupiah akan terkoreksi.
Apalagi jika melihat indeks dolar AS yang rebound sejak Jumat pekan lalu.