Platform aplikasi ride-hailing seperti Grab dan Gojek dikabarkan sulit merekrut driver karena pendapatan ojol dan taksi online makin menciut. Di laporan keuangannya, Grab membeberkan data driver yang ada di platform.
Grab menyatakan jumlah pengemudi yang aktif menggunakan aplikasi mereka bertambah, meskipun pertumbuhannya https://rtphuat138slot.online/ tipis. Perusahaan yang berbasis di Singapura tersebut masih menyorot penambahan jumlah driver sebagai fokus utama perusahaan di segmen transportasi.
Dalam presentasi kinerja perusahaan kuartal I/2023, Grab menyatakan jumlah pengemudi ojol dan taksi online yang menggunakan aplikasi mereka naik. Jumlah pengemudi aktif tiap bulan di aplikasi Grab lebih banyak 10 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun, jumlah driver Grab hanya naik tipis yaitu 2 persen jika dibandingkan akhir 2022.
Kenaikan aktivitas driver juga ditandai oleh waktu yang dihabiskan pengemudi di aplikasi, yaitu 14 persen secara tahunan. Dibandingkan dengan akhir 2022, driver hanya menghabiskan waktu 3 persen lebih lama.
Grafik yang disajikan Grab menggambarkan bahwa total waktu yang dihabiskan seluruh mitra pengemudi pada Januari-Maret 2023 setara dengan jam yang dihabiskan pada periode Juli-September 2020.
“Selama kuartal tersebut, kami fokus meningkatkan jumlah driver aktif sambil melakukan optimasi driver yang sudah ada agar bisa memenuhi permintaan yang tumbuh,” kata Grab dalam siaran pers perusahaan.
Grab kemudian menyatakan bahwa penambahan jumlah driver diikuti dengan kenaikan pendapatan per driver. Rata-rata pendapatan driver per jam naik 14 persen secara tahunan dan 4 persen dibandingkan dengan kuartal terakhir tahun lalu.
“Upaya menambah jumlah driver berimbas kepada penurunan rata-rata waktu tunggu penumpang,” kata Grab.
Dalam laporan kinerjanya, Grab tidak menampilkan data yang bisa membedakan aktivitas driver untuk jasa transportasi dan pengiriman makanan.
Khusus untuk lini bisnis pengiriman, Grab melaporkan penurunan transaksi dalam bentuk gross merchandise value (GMV) sebesar 9 persen. Penurunan ini, jelas Grab, karena pada awal 2022 bisnis pesan antar makanan masih ditopang oleh pembatasan aktivitas karena pandemi.
“Selain itu, waktu puasa Ramadan pada tahun ini ada di kuartal pertama, sedangkan tahun lalu pada kuartal kedua,” kata.
Sebelumnya, penelitian mahasiswa doktoral London School Economics (LSE), Muhammad Yorga Permana mengungkapkan bahwa para ojol berminat untuk beralih profesi menjadi pegawai tetap. Salah satu alasannya karena pendapatan mereka terus mengalami penurunan.
Penelitian mencatat penurunan pendapatan terjadi pada 2019. Bonus harian yang ditawarkan aplikasi juga dinilai tidak menarik lagi sekarang.
Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO), Taha Syafaril mengatakan pengguna ojol kerap berekspektasi layanan ojol meningkat berkat kenaikan tarif. Namun, itu tak bisa terjadi karena para driver empot-empotan kejar target dan tak dapat upah lebih.
“Tapi mitra tidak bisa melakukan perbaikan layanan karena menerima pendapatan dari tarif yang makin kecil. Sangat banyak saingan dan harus menambah jam kerja,” kata Taha saat dihubungi CNBC Indonesia.
“Hal yang merusak sistem transportasi online adalah aplikasi sendiri, yakni dengan terus menambah biaya potongan tanpa peduli kesulitan mitra driver,” imbuhnya.
Jika krisis driver benar-benar terjadi, Taha menyebutkan bahwa ini adalah kesalahan para penyedia platform. Pasalnya, mereka hanya memedulikan persaingan bisnis tanpa memperhatikan nasib driver.
“Menurut saya, aplikasi sendiri biang keladinya. Sejak meledaknya kuota mitra driver, aplikasi jemawa dengan bisnisnya. Arogan sekali! Enggak heran kalau mitra driver banyak yang sudah enggak sanggup menjalankan profesinya,” pungkas Taha.