Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (17/4/2023), di mana perdagangan pekan ini hanya berlangsung selama dua hari.
Hingga pukul 10:26 WIB, IHSG melemah 0,4% ke posisi 6.791,19. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700.
Beberapa saham menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG hari ini.
Saham emiten perbankan berkapitalisasi pasar terbesar kedua yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi pemberat terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni mencapai 10,85 indeks poin.
Tak hanya saham BBRI saja, beberapa saham bank raksasa juga menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini, seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang keduanya memberatkan IHSG masing-masing 1,86 indeks poin dan 1,24 indeks poin.
Perdagangan pasar saham di Indonesia yang hanya berlangsung selama dua hari pada pekan ini menjelang lebaran membuat suasananya cenderung sepi, sehingga pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih cenderung sideways, meski terlihat terkoreksi.
Selain itu, koreksi IHSG juga mengikuti pergerakan bursa global seperti Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu dan bursa Asia-Pasifik pada hari ini.
Investor masih cenderung khawatir bahwa data ekonomi dan tenaga kerja yang telah dirilis pekan lalu masih menunjukkan beragam.
Sejumlah data ekonomi AS seperti penjualan ritel, produksi industri dan sentimen konsumen pun masih bervariasi dan memperkuat harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga 25 basis poin (bp) lagi pada pertemuan kebijakan bulan depan.
Ekspektasi tersebut digarisbawahi oleh Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, yang mengatakan kenaikan bunga 25 bp dapat memungkinkan The Fed untuk mengakhiri siklus pengetatannya.
Namun, para investor saat ini tetap bertaruh bahwa The Fed bakal mengambil jalur dovish, dengan pemangkasan suku bunga diproyeksikan dimulai musim panas nanti.
Di lain sisi, para investor akan menunggu efek kick off musim laporan laba (earnings season) perusahaan AS terhadap Wall Street dan bursa global.
Sebagian investor percaya musim laporan keuangan perusahaan AS, terutama perbankan kakap, yang solid bisa menjadi pendongkrak saham.
Wajar saja, sektor perbankan menjadi sorotan usai kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) cs dan kasus merger raksasa bank Swiss Credit Suisse ke UBS pada Maret lalu.