Salah satu calon emiten di sektor media dan hiburan yakni PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH) akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 5 Mei 2023.
Harga penawaran awal berada di Rp100-Rp120 dengan jumlah saham yang ditawarkan sebesar 15.475.000 juta lot. Dana IPO yang akan diraih berkisar Rp154,75 miliar – Rp185,7 miliar dengan market cap Rp773,75 miliar – Rp928,5 miliar.
PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH) bergerak di bidang periklanan. Fundamental dari DOOH sendiri cukup baik tetapi sayangnya harga yang ditawarkannya kelewat mahal dengan PBV di atas 3 dan PER hingga 138 sehingga apakah harga IPO nya menarik untuk dikoleksi? Mari simak analisanya.
Penggunaan Dana IPO
a) 7,07% untuk belanja modal berupa biaya pengadaan aset media periklanan yang dibeli dari Pihak Ketiga.
b) 92,93% untuk digunakan sebagai modal kerja Perseroan, seperti:
– Biaya penyewaan slot iklan
– Biaya pemasaran dan penjualan serta operasional
– Biaya penyewaan infrastruktur jasa cloud dan jasa internet serta product development
– Biaya tenaga kerja
– Biaya dalam rangka peningkatan kapasitas layanan
Pertumbuhan Pendapatan
Melihat dari rincian pendapatan DOOH pada periode September 2022 tumbuh hingga 97,8% dari periode sebelumnya September 2021. Pertumbuhan tersebut berasal dari meningkatnya periklanan dan konsultasi yang pada 2021 tidak ada pendapatan dari konsultasi.
Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan juga terlihat pada hasil laba bersih periode berjalan DOOH yang tumbuh hingga 261%. Peningkatan laba yang cukup signifikan berasal dari peningkatan pendapatan dan berkurangnya beban keuangan sehingga DOOH dapat mencetak kinerja yang baik pada November 2022.
Melihat dari harga kewajarannya IPO DOOH ditawarkan dengan harga premium dimana PBV nya berada di atas tiga.
Namun, dalam menghasilkan margin atau Gross Profit Margin (GPM) berada di angka yang cukup tinggi di 50,80%. Angka ini adalah hasil selisih dari pendapatan dengan beban pokok pendapatannya.
Dalam menghasilkan laba bersih atau Net Profit Margin (NPM) juga berada di angka yang cukup baik dengan 20,47%. Dalam hal ini DOOH mampu mencetak laba dengan baik.
Return On Equity (ROE) DOOH juga berada di angka yang cukup baik di 9,03%. Angka ini sudah cukup baik, yang berarti dalam mengelola modal terhadap laba bersih sudah cukup efisien.
Return On Asset (ROA) DOOH juga berada di angka yang cukup baik di 7,99%. Yang berarti dalam mengelola aset terhadap laba bersih sudah cukup efisien.
Dari sisi Debt to Equity Ratio (DER) berada di angka yang cukup sehat di 12,99%. Hal ini berarti total utang tidak lebih besar dibandingkan modalnya, sehingga dalam kemampuan membayar kewajiban terhadap modalnya cukup sehat. Cash Ratio (CR) berada di angka yang cukup tinggi dengan 234,58%. Ini menandakan likuiditasnya cukup tinggi, sehingga dalam kemampuan membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar pada kasnya cukup baik.
Kompetitor
Melihat dari tiga kompetitor DOOH, secara PBV dari keempat emiten di atas sudah overvalued alias mahal, FORU paling mahal dengan PBV 78,76.
Untuk sektor media hiburan dalam jasa periklanan dapat terbilang murah jika di bawah PER 20, dari keempat emiten di atas nampak tidak ada yang memenuhi kualifikasi PER murah. Untuk DOOH dan DMMX begitu jauh diatas PER 20. Dan untuk ABBA dan FORU justru PER nya negatif dikarenakan Perseroan masih membukukan kerugian pada periode 2022.
Dalam menghasilkan laba bersih DOOH terlihat paling baik dibandingkan ketiga emiten lainnya. Dimana DMMX hanya mampu menghasilkan NPM 0,29% saja. Dan untuk ABBA dan FORU NPM negatif dikarenakan Perseroan masih membukukan kerugian pada periode 2022.
Bisnis
Bisnis Perseroan adalah penyedia berbagai jasa pengiklanan dan konsultasi manajemen lainnya. Perseroan memiliki layanan kegiatan usaha pengiklanan yang disediakan yaitu media Out Of Home (OOH), Media Digital Out Of Home, Transit Media, Digital Advertising, Meta Media, Key Opinion Leader (KOL) Marketing, First Party Data, dan Inovation Media. Dalam menjalankan bisnisnya Perseroan berkolaborasi dengan pemilik media lainnya dan agency juga Advertiser.
Prospek Bisnis
Menurut Dentsu, perusahaan periklanan internasional yang bermarkas di Jepang, nilai belanja iklan global mencapai US$713 miliar pada 2022.
Tahun 2022 media digital menguasai pangsa pasar iklan terbesar, dengan nilai US$394,4 miliar atau 55,3% dari total belanja global. Angka tersebut jauh melampaui perolehan media tradisional seperti televisi, media cetak, iklan luar ruangan, dan radio. Ruang digital kini memang menjadi media periklanan paling besar dan paling mudah beradaptasi, baik untuk membangun citra merek, menjual produk, maupun untuk berbagai kepentingan lainnya. Meski belanja iklan pada 2023 diperkirakan meningkat, sebagian besarnya didorong oleh inflasi atau kenaikan harga, bukan karena kenaikan volume belanja.
Dentsu juga memproyeksikan belanja iklan digital akan tumbuh 7,2% pada 2023 dan naik lagi 6,9% pada 2024. Di mana pangsa pasar iklan digital secara global diperkirakan akan terus naik, dari 55,3% pada 2022, menjadi 57,1% pada 2023, dan 58,2% pada 2024.
Namun, suku bunga patut diwapadai. Jika suku bunga kembali meningkat, tentu hal ini akan membuat biaya iklan semakin tinggi. Dan efeknya akan terjadi pada penurunan permintaan iklan dan meningkatnya biaya operasional yang harus dikeluarkan para pelaku bisnis.
Layak koleksi atau tidak?
Melihat dari harga IPO DOOH yang ditawarkan memang terbilang cukup mahal meskipun secara fundamental DOOH cukup menunjukkan kinerja yang baik dari pertumbuhan laba hingga rasio keuangannya.
Namun bisnis Perseroan juga rentan terhadap kenaikan suku bunga yang dapat meningkatkan biaya operasional Perseroan dan berefek terhadap penurunan permintaan. Para calon investor mungkin bisa menunggu harga diskon saham DOOH setelah listing, ketika harganya turun menjadi lebih murah akan menjadi lebih menarik, untuk harga yang ditawarkan saat ini dengan value yang ada memang belum begitu cukup menarik.