Duta Besar (Dubes) Jepang untuk Republik Indonesia Kanasugi Kenji buka suara terkait banyaknya sekolah yang tutup di Negeri Sakura. Fenomena ini terjadi akibat rendahnya angka kelahiran di negara tersebut.
“Benar (sekolah-sekolah tutup), karena tingkat kesuburan yang menurun,” kata Kanasugi saat ditemui di kediaman resmi Dubes Jepang di Jakarta Selatan pada Jumat (14/4/2023).
“Tapi sekolah Jepang tidak ditutup begitu saja, tetapi digabung. Dua sekolah digabung menjadi satu sehingga jumlah sekolah semakin berkurang.”
Faktanya, kata Kanasugi, pemerintah Jepang telah mencoba yang terbaik untuk meningkatkan tingkat kesuburan di negaranya. “Salah satunya dengan mendorong kaum muda untuk menikah dan memiliki lebih banyak anak,” imbuhnya.
Saat ditanya mengapa banyak anak muda tidak menikah, Kanasugi menyebut anak-anak muda Jepang telah membentuk gaya hidup sebagai lajang dan merasa terbebani dengan pernikahan dan anak.
“Saya tidak terlalu tahu tapi saya rasa anak muda membentuk gaya hidup mereka sebagai seorang lajang. Mereka menikmati hidup mereka,” katanya.
“Mereka merasa terbebani untuk memiliki anak karena dengan menikah, memiliki anak, mereka harus mengubah gaya hidup secara keseluruhan. Jadi mereka lebih memilih untuk tetap melajang dan menikmati hidup mereka.”
Sebagai informasi, beberapa waktu lalu sebuah sekolah di Desa Ten-ei, Prefektur Fukushima, utara Jepang harus ditutup karena tidak adanya murid. Dua siswa bernama Eita Sato dan Aoi Hoshi menjadi satu-satunya dan lulusan terakhir di SMP Yumoto yang terletak di desa tersebut.
Fenomena tutupnya sekolah terjadi akibat angka kelahiran di Jepang anjlok lebih cepat dari yang diperkirakan. Jumlah depopulasi semakin meningkat terutama di daerah pedesaan seperti Ten-ei, area ski pegunungan dan mata air panas di prefektur Fukushima.
Angka kelahiran sendiri anjlok di bawah 800.000 pada tahun 2022, rekor terendah baru. Perkiraan pemerintah menyebut depopulasi juga delapan tahun lebih awal dari yang diharapkan.
Fenomena ini memberikan pukulan telak bagi sekolah umum yang lebih kecil. Padahal ini seringkali menjadi jantung kota dan desa pedesaan.
Menurut data pemerintah, sekitar 450 sekolah tutup setiap tahun. Antara tahun 2002 dan 2020, hampir 9.000 sekolah menutup pintu mereka selamanya, sehingga sulit bagi daerah terpencil untuk memikat penduduk baru yang berusia lebih muda.